Gunung Merapi akhirnya meletus Selasa 26, 28 Oktober 2010 Dan 6- 8 November 2010. Letusan ini menyebabkan Juru kunci Merapi ‘Mbah Maridjan’ meninggal. Dan sekarang telah ditunjuk siapa orang yang akan menggantikan ‘Mbah Maridjan’. Juru kunci Merapi yang baru bernama Ponimin.
Status bahaya level I atau aktif normal artinya berdasarkan pengamatan visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan. Level II atau waspada berarti ada peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.Di level III atau siaga, terjadi peningkatan pengamatan kawah secara visual, kegempaan dan metode lain yang saling mendukung. Sedangkan level 4 atau awas, letusan awal mulai terjadi berupa abu/ asap. Hal ini akan diikuti letusan utama.
Sampai saat ini, posko ESQ peduli sudah mengirimkan bantuan ke li,a titik pengungsian, sebagai berikut:
Sampai saat ini, posko ESQ peduli sudah mengirimkan bantuan ke li,a titik pengungsian, sebagai berikut:
1. Pengungsian di desa Groyokan Sambirejo Prambanan Sleman sekitar 40 orang.
2. Pengungsian Gunung Sari Nglengkong Sambirejo Prambanan sekitar 50 orang.
3. Pengungsian Pemukti Baru Klaten Jawa Tengah sekitar 1000 orang.
4. Masjid UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) sekitar 370 orang.
5. Mushola Desa Wedusan.
6. Pengungsian di desa Groyokan Sambirejo Prambanan Sleman sekitar 40 orang.
7. Pengungsian Gunung Sari Nglengkong Sambirejo Prambanan sekitar 50 orang.
8. Pengungsian Pemukti Baru Klaten Jawa Tengah sekitar 1000 orang.
9. Masjid UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) sekitar 370 orang.
10. Mushola Desa Wedusan.
Total meninggal 185, dan total rawat inap 1.235, dan yang masih rawat inap 666. Jumlah korban tewas itu adalah korban tewas dari 2 kali letusan besar, yaitu pada 26 Oktober dan 5 November 2010. Sedangkan jumlah pengungsi tercatat ada 279.779, dengan rincian di Kabupaten Magelang 88.274, Kota Magelang 2.772, Boyolali 39.767, Klaten 93.224, Sleman 52.945, Kulonprogo 2.797.
Pemkab Boyolali kini sudah membagikan sekitar 6.000 masker kepada warga tiga desa di Kecamatan Selo. Di Klaten, Dinas Kesehatan Klaten, Jawa Tengah, menyiagakan 34 ambulans.Lembaga Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya.
Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Tumbukan lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia diduga kuat menjadi penyebab aktifnya gunung-gunung api di Indonesia akhir-akhir ini, termasuk Merapi. Pasalnya, gunung api itu berada di zona subduksi atau tumbukan yang sama.
Wedhus gembel alias domba sebenarnya bukanlah hewan yang banyak dipelihara di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah. Namun nama wedhus gembel akarba terdengar bagi warga di sekitar Gunung Merapi. Wedhus gembel yang dimaksud ini bukanlah kambing berbulu lebat, melainkan julukan untuk awan panas bergulung-gulung yang acap menyertai letusan Merapi.
Kandungan awan panas diantaranya terdiri dari gas fluor, belerang, H2S (gas asam), magnesium, dan kalium. Akibatnya adalah membunuh makhluk hidup yang dilewatinya dengan . Awan panas Merapi terdiri dari dua bagian. Pertama, bagian fragmen batuan dalam berbagai ukuran, termasuk yang seukuran debu, dan kedua, gumpalan gas bersuhu antara 200-700 derajat Celsius.Kedua unsur ini bercampur mengalir secara turbulen dengan kecepatan lebih dari 80 km per jam. Yang menewaskan banyak warga lereng Merapi beberapa waktu lalu bahkan mencapai kecepatan 200 km/jam saat turun dari punggung gunung.
Abu vulkanik tersebar dari awan panas yang terbang dan terendapkan menurut besar dan arah angin.Jarak luncur awan panas umumnya bergantung kepada volume dan formasinya dan bergerak mengikuti alur topografi dan lembah sungai.Volume lebih besar akan menjangkau area yang lebih jauh akibat pengaruh momentum dan efek lain. Tak heran bila pada letusan besar, awan panas bisa menjangkau hingga 15 kilometer. Awan panas letusan biasanya bisa mengalir sejauh lebih dari 8 kilometer dari puncak.Selain volume, jauhnya jarak luncur awan panas juga dipengaruhi oleh temperatur yang lebih tinggi, kandungan gas lebih banyak, dan memiliki kecepatan awal lateral pada saat jatuh. Dengan kondisi lebih banyak gas dan temperatur tinggi, wedhus gembel dipastikan merusak apa saja yang ditemuinya.Kandungan awan panas diantaranya terdiri dari gas fluor, belerang, H2S (gas asam), magnesium, dan kalium.
Fluor adalah gas halogen beracun berwarna kuning-hijau yang paling reaktif dan elektronegatif. Gas ini amat berbahaya karena menyebabkan pembakaran kimia parah begitu berhubungan dengan kulit. Polusi gas asam yang mengandung belerang menyerang sistem pernapasan manusia dan merusakkan paru-paru. Kebanyakan orang yang mati akibat awan panas adalah karena tertimpa reruntuhan atau terbakar abu panas dan gas beracun.Mereka yang terkubur biasa terperangkap oleh udara panas yang luar biasa. Gas dan debu bersuhu 660 derajat Celcius akan dengan mudah membakar apapun, dari pakaian hingga tubuh manusia.Pembakaran berhenti jika oksigen habis di sekitar wilayah terselimuti awan panas. Namun, begitu oksigen masuk lagi, wilayah itu bakal segera terbakar kembali.
Berikut ini daftar delapan (8) gunung api Indonesia aktif yang berstatus waspada dan menurut Lembaga Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya disebabkan oleh Gunung Merapi :
1. Gunung Sinabung, Karo, Sumatera Utara
2. Gunung Talang, Solok, Sumatera Barat
3. Gunung Anak Krakatau, Lampung
4. Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat
5. Gunung Slamet, Tegal, Jawa Tengah
6. Gunung Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah
7. Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur
8. Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur
2. Gunung Talang, Solok, Sumatera Barat
3. Gunung Anak Krakatau, Lampung
4. Gunung Papandayan, Garut, Jawa Barat
5. Gunung Slamet, Tegal, Jawa Tengah
6. Gunung Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah
7. Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur
8. Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur
Status bahaya level I atau aktif normal artinya berdasarkan pengamatan visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan. Level II atau waspada berarti ada peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya.
Di level III atau siaga, terjadi peningkatan pengamatan kawah secara visual, kegempaan dan metode lain yang saling mendukung. Sedangkan level 4 atau awas, letusan awal mulai terjadi berupa abu/ asap. Hal ini akan diikuti letusan utama.
Terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 2.968 m (9.737 kaki). Lokasinya meliputi Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah) dan Sleman (DI Yogyakarta)..tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Menurut keterangan di Wikipedia, letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.
Di level III atau siaga, terjadi peningkatan pengamatan kawah secara visual, kegempaan dan metode lain yang saling mendukung. Sedangkan level 4 atau awas, letusan awal mulai terjadi berupa abu/ asap. Hal ini akan diikuti letusan utama.
Terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 2.968 m (9.737 kaki). Lokasinya meliputi Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah) dan Sleman (DI Yogyakarta)..tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Menurut keterangan di Wikipedia, letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali.
Total meninggal 185, dan total rawat inap 1.235, dan yang masih rawat inap 666,”
Jumlah korban tewas itu adalah korban tewas dari 2 kali letusan besar, yaitu pada 26 Oktober dan 5 November 2010. Sedangkan jumlah pengungsi tercatat ada 279.779, dengan rincian di Kabupaten Magelang 88.274, Kota Magelang 2.772, Boyolali 39.767, Klaten 93.224, Sleman 52.945, Kulonprogo 2.797.
Pemkab Boyolali kini sudah membagikan sekitar 6.000 masker kepada warga tiga desa di Kecamatan Selo. Di Klaten, Dinas Kesehatan Klaten, Jawa Tengah, menyiagakan 34 ambulans.
Lembaga Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya.
Letusan di daerah tersebut berlangsung sejak 400.000 tahun lalu, dan sampai 10.000 tahun lalu jenis letusannya adalah efusif. Setelah itu, letusannya menjadi eksplosif, dengan lava kental yang menimbulkan kubah-kubah lava.
Tumbukan lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia diduga kuat menjadi penyebab aktifnya gunung-gunung api di Indonesia akhir-akhir ini, termasuk Merapi. Pasalnya, gunung api itu berada di zona subduksi atau tumbukan yang sama.
Tumbukan lempeng Indo Australia dengan lempeng Eurasia diduga kuat menjadi penyebab aktifnya gunung-gunung api di Indonesia akhir-akhir ini, termasuk Merapi. Pasalnya, gunung api itu berada di zona subduksi atau tumbukan yang sama.
Profil dan Sejarah Letusan Gunung Merapi
Gunung Merapi adalah salah satu gunung berapi di Indonesia yang masih aktif. Terletak di Jawa Tengah dengan ketinggian 2.968 m (9.737 kaki). Lokasinya meliputi Klaten, Boyolali, Magelang (Jawa Tengah) dan Sleman (DI Yogyakarta). Gunung Merapi merupakan gunung berapi yang termuda dalam kumpulan gunung berapi di bagian selatan Pulau Jawa. Gunung ini terletak di zona subduksi, dimana Lempeng Indo-Australia terus bergerak ke bawah Lempeng Eurasia.
Gunung Merapi terakhir meletus pada tahun 2006 silam. Sejak Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Menurut keterangan di Wikipedia, letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Berikut ini detilnya :
- Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar antara lain di tahun 1006, 1786, 1822, 1872, dan 1930.
- Letusan besar pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu. Diperkirakan, letusan tersebut menyebabkan kerajaan Mataram Kuno harus berpindah ke Jawa Timur.
- Letusan Gunung Merapi di tahun 1930 menghancurkan 13 desa dan menewaskan 1400 orang.
- Letusan Gunung Merapi pada November 1994 menyebabkan hembusan awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan kepala keluarga serta memakan korban puluhan jiwa manusia.
- Letusan Gunung Merapi pada 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa.
- Pada tanggal 15 Mei 2006 Gunung Merapi kembali meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Disambung kemudian pada 8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar