Jumat, 01 Juni 2012

Cerpen Likyo dan Kikyo

Likyo Dan Kikyo
            Di sebuah negeri nan permai, terdapat sebuah desa dipinggir hutan yang bernama Crysta. Disana hiduplah sebuah keluarga kaya raya. Namun kekayaannya tidak menjadikan mereka sombong, malah sebaliknya mereka terkenal diseluruh antero negeri karena sifat dermawannya kepada siapapun. Keluarga itu mempunyai sawah berhektar-hektar, karena sifat dermawannya banyak penduduk yang bekerja sukarela di sawahnya. Keluarga itu bernama keluarga Igrey. Pak Igrey dan Ibu Ceosa mempunyai satu anak perempuan dan satu anak laki-laki, sebut saja Likyo dan Kikyo. Pak Igrey dan Ibu Ceosa begitu menyayangi kedua anaknya, akan tetapi Likyo dan Kikyo tak pernah akur. Mereka selalu saja bertengkar entah itu dimana. Kedua orang tuanya sangat sedih melihat kedua anaknya. Mereka selalu berdoa kepada Tuhan agar kedua anaknya dapat saling menyayangi.
          Desa Crysta sangat terkenal akan tanahnya subur. Namun, tiba-tiba musim kemarau panjang melanda desa Crysta. Persawahan kering, tumbuhan dan hewan-hewan mati, banyak juga penduduk yang meninggal  setiap harinya karena kekurangan air dan kelaparan, karena tidak adanya tumbuhan yang hidup di musim kemarau. Semua penduduk sangat menderita, termasuk keluarga Igrey. Ceographe, ketua adat Desa Crysta sekaligus orang yang bisa meramal masa depan, mengumumkan bahwa kemarau ini akan berlangsung selama 10 tahun. Dia juga mengatakan bahwa musim kemarau kali ini akan membawa bencana besar bagi desa Crysta, dan bencana itu hanya dapat diubah oleh 2 manusia pemberani dan penyayang. Semua penduduk sibuk membicarakan 2 manusia yang diramalkan oleh Ceographe. Mereka semua berdoa kepada Tuhan agar 2 orang manusia itu segera muncul dan menolong desa Crysta secepatnya.
          Krisis air terjadi dimana-mana. Pada suatu ketika air benar-benar hilang dari desa Crysta. Air pun di impor dari desa lain dengan harga yang sangat mahal, yaitu seharga satu gram emas untuk satu liternya. Kelurga Igrey pun jatuh miskin, karena harta mereka sudah habis untuk membeli air. Tiba pada suatu saat, Pak Igrey dan Ibu Ceosa mengutus kedua anaknya, Likyo dan Kikyo yang masih remaja pergi ke hutan Krelan untuk mencari bunga Raynesh, karena didesa Crysta, jumlah anak remaja dengan orang dewasa berbanding 1:4. Dan konon,  Bunga Raynesh hanya mampu dipetik anak laki-laki atau perempuan yang masih suci.
Bunga Raynesh sendiri adalah bunga yang mampu mengubah musim kemarau menjadi musim hujan. Untuk mendapatkannya diperlukan pengorbanan dan keberanian untuk menghadapi berbagai tantangan dalam perjalanan.
          Hutan Krelan adalah hutan yang berada diutara desa Crysta yang terkenal akan keangkerannya. Konon, hutan itu dihuni oleh Hantu Jeragi, yaitu hantu yang suka memakan hati manusia. Hantu Jeragi bisa mencium darah manusia dari jarak 10 km. Tapi, Jeragi memiliki kelemahan, mereka sangat takut dengan api, air dan cahaya. Pada malam hari mereka keluar dari sarang untuk mencari mangsa, dan pada siang hari menghilang bersembunyi didalam gua-gua dihutan.
Hutan Krelan juga terkenal karena lumpur hidup yang menjadi salah satu penyebab orag-orang tak pernah kembali lagi setelah memasuki hutan ini. Bukan hanya itu, hutan Krelan juga mempunyai sungai yang airnya tak pernah habis, namanya sungai Zainil. Sampai ada pepatah yang mengatakan, jangan sekali-sekali kau mencicipi Zainil Krelan, jika kau masih ingin menggapai awan.
          “Likyo nggak mau pergi sama Kak Kyo,” rengek Likyo pada ibunya.
          “Sayang, kalo Likyo tetap sama Ibu, Likyo akan menderita, disini tidak ada air tidak ada makanan. Likyo sayang sama Ibu dan Ayah kan?” ujar Ibu Ceosa meyakinkan Likyo.
          “Jangan jadi cengeng Likyo ! kamu mau lihat Ayah sama Ibu kelaparan?” Ucap Kikyo ketus. Likyo terdiam, ia sadar bukan saatnya ia memikirkan dirinya sendiri.
          Hari itu, Likyo dan Kikyo memulai perjalanannya. Sebelum pergi Ibu Ceosa sempat berpesan ‘Jangan mementingkan ego sendiri disaat kalian terdesak, yakin pada hati dan kepercayaan satu sama lain,”. Likyo dan Kikyo pun pergi dengan membawa bekal secukupnya, mereka berangkat pada pagi hari agar mereka bisa membuat perlindungan sebelum Jeragi keluar dari sarang.
          Baru 2 hari mereka berjalan, persedian air semakin menipis karena udara yang panas menyebabkan mereka jadi cepat haus. Hari sudah mejelang sore, ayam hutan sudah mulai berkokok. Likyo dan Kikyo segera membuat tenda yang disekelilingnya diletakkan obor. Karena kecapekan mereka tertidur didalam tenda. Namun malam menjelang, angin berhembus dengan sangat kencang dan menyebabkan obor-obor disekelilignya mati. Tiba-tiba..
          Brubrubru.. Koak.. Hihihihi..
          Tenda itu roboh disaat itu gerombolan Jeragi keluar dari sarang mereka dan mengejar mereka berdua.
          “Kakak, para Geragi mengerjar kita,” teriak Likyo sambil terus berlari dibelakang kakaknya. “Aku tak sanggup berlari lagi, ini jalan menanjak,”.
          “Sanggup atau tidak, kau harus bertahan. Yakin pada dirimu sendiri, kau harus bisa !” Ujar Kikyo kepada adiknya lalu menggenggam tangan adiknya.
           Para Geragi semakin cepat mengejar mereka. Namun tanpa sengaja kaki Likyo tersandung oleh akar pohon besar, ia terjatuh. Melihat sang adik terjatuh Kikyo segera menolong.
          “Kak, ambil.. ambil senter ditas ku! “ Teriak Likyo panik karena melihat para Geragi semakin mendekat. Kikyo mencari-cari senter disetiap kantong tasnya. Kemudian salah satu dari gerombolan Geragi ingin menelan kaki Likyo, dan..
          Aaaaaa.. Geragi ituberteriak karena Kikyo menyorotkan lampu senter itu ke arah para gerombolan Geragi. Mereka pun meleleh, bagaikan lilin yang dibakar namun beberapa dari mereka memilih kabur.
          Setelah kejadian itu, mereka menjadi lebih waspasa menghadapi segala ancaman. Hari-hari telah mereka lalui, rintangan-rintangan telah mereka jalani, kasih sayang pun muncul antara Kikyo dan Likyo, tidak ada lagi pertengkaran. Dengan keyakinan yang kuat mereka akhirnya menemukan bunga Raynesh yang mereka cari.
          Sudah dua minggu mereka pergi ke hutan Krelan. Likyo dan Kikyo pun pulang kedesa Crysta dengan riang, dengan harapan  mereka bunga yang mereka cari dengan imbalan nyawa ini dapat berguna. Namun, ketika mereka melangkahkan kaki memasuki desa, dijalan-jalan darah berceceran tak terlihat lalu-lalang para warga.
          “Ada apa ini? Ayah, Ibu.. “ Ujar Likyo. Ia lalu berlari menuju rumahnya disusul oleh Kikyo. Tapi, yang dilihatnya  Ibu da Ayahnya sudah tidak bernyawa lagi dengan kondisi dada yang telah robek dan usus berceceran dilantai. Ternyata para Geragi masuk kekawasan penduduk karena hewan-hewan dihutan sudah tidak ada akibat mati kekurangan air.
          Likyo dan Kikyo tertunduk, bunga yang pegang Likyo pun terjatuh dari tangan. Mereka menangis, memohon kepada Tuhan agar mengembalikan kedua orang tua mereka. Airmata kedua anak itu menetas di kelopak bunga Raynesh kemudian hujan turun dengan rumahnya. Mereka menggendong kedua orang tua mereka lalu membawanya keluar.
          “Ya Tuhan, Hidupkan kembali kedua orang tuaku, dengar permohonan ku ini Tuhan,” dan tiba-tiba dada yang robek dan usus yang terurai kembali seperti semula akibat tetesan air hujan. Ibu Ceosa dan Pak Igrey pun hidup kembali begitu juga warga desa Crysta yang lain.
          Sejak saat itu, kemarau tak pernah terjadi lagi. Desa crysta menjadi desa yang sejahtera. Mereka semua hidup bahagia dan saling menyayangi.

SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar