Jumat, 01 Juni 2012

Tabot Terakhirku (cerpen)


Tabot Terakhirku….
“Cha, Icha bangun udah jam 6 nih. Nanti kamu telat loh!!!” Teriak seseorang dari luar kamarku. Itu Mamaku. Beliau selalu membangunkanku tiap hari. Perkenalkan namaku Rezkia Ananda Nissa. Aku biasa dipanggil Icha. Aku adalah anak tunggal. Aku tinggal di Bengkulu, Provinsi yang paling indah. Aku sekarang kelas 2 SMP. Namun, tidak seperti anak SMP lain yang jam 05.00 pagi udah bangun, aku malah masih mimpi. Aku tidak pernah takut terlambat, karena aku berprinsip “Biar lambat asal selamat “.
Teman-teman memanggilku dengan sebutan “Pahlawan penakluk Guru BK“. Sudah tak terhitung berapa kali aku terlambat. Tetapi walaupun begitu, aku tak pernah mendapatkan hukuman ataupun point. Seperti kemarin, saat Bu Risti guru BK di SMP ku yang terkenal garangnya memanggilku ke ruangannnya untuk menanyakan alasan kenapa aku datang terlambat. Dengan muka yang penuh kemenangan sambil memikirkan hukuman apa yang pantas untukku, Bu Risti pun mulai menyidangku. Aku sih tenang-tenang saja, walaupun bagiku ruang BK bagaikan ruang persidangan orang yang akan dihukum mati. Aku hanya perlu mengatakan alasan yang kubuat se-kreatif mungkin hingga membuat Bu Risti diam tak berkutik dan menyuruhku kembali ke kelas. Aku tak pernah menceritakan kejadian bahwa aku sudah terlambat untuk ke3 kalinya kepada Mama, karena itu sama saja menjerumuskan diri sendiri ke lubang buaya!!Ihhh…serem!!
“Ma, aku pergi dulu ya!Assalamualaikum..”kataku, sambil mencium tangan mama.
“Wa’alaikum salam, hati-hati di jalan ya!!”ujar Mama.
Aku pergi sekolah dengan berjalan kaki, karena jarak dari rumah ke sekolah tak begitu jauh. Hanya membutuhkan waktu 10 menit. Saat tiba di gerbang sekolah, bel sudah berbunyi.
“Selamat, selamat…untung nggak terlambat” Ujarku dalam hati.
Aku segera berlari menuju kelas. Ketika masuk Dita dan Vela langsung mengerumuniku seperti semut melihat gula. Jika di kelas aku akan berubah menjadi anak  yang gaul, ngomong aja pake “Gue-gue, Loe-loe”. Karena bagiku bahasa “Aku, Kamu” itu terlalu sopan untuk anak-anak nakal di kelasku yang nakalnya udah stadium 4.
“Woi..Pahlawan penakluk Guru BK udah datang nih!!!!!” Seru Eza anak laki-laki yang selalu jadi Profokator di kelasku.
“Apa-apaan sih! biasa aja kale,,”Ujarku.
“Cha,,Icha loe ada rencana..” Ucap Dita terhenti karena melihat Bu Narti guru Matematika paling killer di SMP ku memasuki kelas.
“Duduk ditempat masing-masing Bu Narti udah datang!” Seru Putra Si ketua kelas, menenangkan.
Pelajaran pun dimulai. Bu Narti mulai menuliskan rumus-rumusnya yang dulu pernah membuat Riri, teman se-kelasku kejang-kejang masuk rumah sakit dan di opname selama 2 minggu. Karena saat itu Wali kelas kami ibu Marni tidak masuk dan izin selama 3 hari, Bu Narti selaku Wakil Kepala Sekolah turun tangan mengajar pelajaran Matematika di kelasku selama 3 hari berturut-turut. Bahkan ketika tidur saat di opname di Rumah Sakit, Riri sering mengigau. Tapi, anehnya ia mengigau sambil menyebutkan rumus-rumus Aljabar, Aritmatika, Bangun ruang dll. Hahhh..emang bener-bener aneh!
“Teeeet,,,Teet,,,Teeet,,,” Bel istirahat pun berbunyi.
“Alhamdulillah..gue hidup kembali!!” Ujar Icha enteng.
“Cha..ke kantin yuk!!!!!!” Ajak Vela.
“Yo’i!” Balasku dan Dita berbarengan.
“Emang gue ngajak loe?” Tanya Vela.
“Oh..maaf  kalau gitu!!!!!”Ujar Dita pura-pura sedih.
            “Dita manis..jangan marah donk!!! gue kan cuma becanda !!” Bujuk Vela.
            Acting doank kok!!!” Ujar Dita.
            “Gue suka gaya loe!!!” kataku sambil menirukan salah satu gaya iklan di TV.
            “Icha..kau tak boleh begitu!! Demi masa depanmu Icha, kau tak boleh datang terlambat lagi! Karena itu akan membuatmu celaka!! Ingat itu Icha!! Ingat….” Ujar Dita Lebay.
            “ Ahhh,, Dasar loe lebay.com!!” Candaku.
            “Hihihihi..”Tawa Dita sambil nongolin gigi kudanya.
                                   
Saat di kantin. Aku, Dita dan Vela tidak kebagian tempat duduk.
“Wah,,, kita duduk dimana nih?rame banget!”Tanyaku.
            “Di pojok ono!!” Jawab Dita.
            “Pojok ono?daerah mana tuh?baru denger gue!!” Tanyaku lagi.
            “Icha sayang..maksudnya di sudut sana!” Jawab Vela.
            “Oooh..”Ujarku.
            Mereka pun duduk ditempat kosong yang ada disudut belakang.
            “Eh Dit, tadi pagi loe mau ngomong apaan?”Tanyaku.
            “Apaan apanya sih?”Dita balik nanya.
            “Itu loh pas ‘Drakula penghisap otak’ masuk!” Jawabku.
            Drakula penghisap otak??”Dita bingung sendiri.
            1 menit, 2 menit, 3 menit, 4 menit, 5 menit. Icha hanya diam,5 menit berlalu Dita baru tersadar “Oh.. maksudnya Bu Narti??” Jawabnya.
            “Lama banget sih otak loe connect nya!!” Gerutuku.
            “Maklum belum di install ulang!! Hehehe..” Ujar Dita tak bersalah.
            “Cepetan!!Loe mau ngomong apaan tadi pagi????”Tanyaku.
            “Nggak penting-penting amet kok!!Cuma mau nanya kalian Tabot nanti pergi sama siapa??” Tanya Dita.
            Aku tertegun mendengar ucapan Dita. Aku Genggam erat-erat kalung berbentuk bintang yang ada di leherku. Aku teringat kejadian 10 tahun lalu ketika aku bertemu anak laki-laki yang hingga kini aku tak tahu siapa namanya. Aku memanggilnya dengan panggilan “ Pangeran Bintang”. Saat itu, ketika aku berumur 7 tahun. Ibuku mengajakku pergi ke acara penutupan Tabot . Tabot adalah ritual atau adat budaya di Bengkulu yang sudah turun-temurun dilakukan. Aku dan Ibuku mencari tempat yang tidak terlalu, sepi agar saat iring-iringan Tabot lewat kami dapat melihatnya. Tapi,ketika iring-iringan Tabot lewat, para penonton yang juga ingin menyaksikan iring-iringan datang beramai-ramai. Aku terpisah dengan Ibuku. Aku menangis melihat orang-orang dewasa lalu-lalang,aku takut terinjak. Tiba-tiba ada seorang anak laki-laki sebaya denganku. Ia menarik tanganku keluar dari kerumunan orang banyak. Lalu ia berkata “Kenapa kamu menangis??”.
            “Mama…” Tangisku.
            “Jangan nangis lagi!!” Ujarnya sambil menghapus air mataku yang terus mengalir.
            “Mama,,Mama nggak ada!!” Kataku terbata-bata.
            “Kan ada aku!!” Ujarnya menghiburku.
            Aku tetap saja menangis tak mempedulikan ucapannya. Kemudian seorang perempuan memanggil anak laki-laki itu untuk segera pulang. Tapi, sebelum pergi dia memberiku sebuah kalung berbentuk Bintang.
            “Jangan nangis lagi ya!! Biar kamu nggak nangis lagi, ini kalung untukmu. Tadi, Mamaku membelikan sepasang kalung berbentuk Bintang untukku. 1 untuk kamu dan 1 untuk aku. Mudah-mudahan suatu saat nanti kita dapat6 bertemu kembali!! Dadaaaa…” Ujarnya seraya pergi meninggalkanku yang masih terdiam memegang kalung Bintang yang ia berikan.
            “Dah..” Kataku pelan, walaupun ia sudah tak kelihatan lagi.
            Semenjak saat itu, aku selalu berharap setiap tahun aku dapat bertemu dengan pangeran Bintang yang kutunggu-tunggu di festival Tabot
            “Dimanakah kau berada Pangeran Bintangku?” Tanyaku dalam hati.
            “Woiii..Cha!!”Hardik Vela, membuyarkan lamunanku.
            “Ngelamun aja kerjaannya!! Mikirin apaan sih?”Tanya Vela.
            “Eh.. nggak..nggak ada apa-apa kok!!”Jawabku terbata-bata.
            “Gimana rencana loe, Tabot nanti??”Tanya Dita mengingatkan.
            “Mungkin Tabot kali ini gue di rumah aja!!”Jawabku.
            “Boring tau di rumah mulu’!”Ujar Dita.
            “Pergi ke Malam Penutupan Tabot sama kita aja!!”Ajak Vela.
            “Nggak taulah!!Lagian Tabotnya juga masih lama!!”Kataku.
            “Siapa bilang masih lama??”3 hari lagi Penutupan Tabot, Cha!!”Kata Vela berusaha meyakinkan Icha untuk ikut.
            “Oke deh!! Emang dasar tukang rayu nomor. 01!!”Ujarku kepada Vela.

            Malam Penutupan Tabot pun tiba. Malam itu, aku pergi bersama Vela dan Dita menggunakan mobil Om ferdi, adik Mamaku. Perlu waktu 10 menit untuk aku dapat izindari Mama.
            “Ma..”Panggilku.
            “Apa?”Tanya Mama yang sedang membaca majalah ‘Resep Lezat’ favoritnya.
            “Icha..Icha boleh nggak pergi ke Malam Penutupan Tabot??”Jawabku.
            “Sama siapa??”Tanya Mama lagi.
            “Dita dan Vela!”Jawabku.
            “Nggak boleh!!!!”Ujar Mama tegas.
            “Please Ma...Icha kan udah gede’, masa nggak boleh sih Icha pergi sama Dita dan Vela!!”Bujukku.
            “Sekali nggak boleh tetep nggak boleh!!kata Mama.
            “kenapa nggak boleh??”Tanyaku.
            “Kalian itu masih kecil, bangun tidur aja mesti Mama yang bangunin”Jawab Mam. Walaupun kalau di pikir-pikir bener juga sih!! Tapi, misi harus tetap terlaksanakan!!!!
            “Mama Icha kan wanita yang paling cantik, seksi, pintar... Jadi ayolah Ma!!”Bujukku lagi.
            “Kalau perginya Cuma bertiga nggak akan Mama izinin!!”Kata Mama.
            Mama diam tak mempedulikanku, Ia masih terus membaca majalah favoritnya itu.
            “Yaudah deh,,Icha suruhOm Ferdi ikut!!Boleh ya Ma??”tanyaku dengan muka pasrah karena terpaksa mengajak Om Ferdi.
            “Ya!! Tapi, ingat jam 9 udah harus pulang..”Pesan Mama.
“Oke..Mamaku sayang” Kataku sambil mencium pipi Mama. Mama hanya tersenyum.
            Ketika dijalan Icha masih memikirkan gimana caranya biar Om Ferdi nggak turun dan tetep di mobil. Aku pun mendapt ide ”Ahaaaaa” Ujarku dalam hati.
            “Om, katanya kalau lagi ada acara Malam Penutupan Tabot kayak gini, banyak mobil dan motor yang hilang loh!!”Kataku menakut-nakuti Om Ferdi.
            “Emang iya ya?? Pasti akal-akalan kamu aja kan, biar Om Ferdi nggak turun!!”Tanya Om Ferdi.
            Aku terdiam “Kenapa Om Ferdibisa tau ya??” Tanyaku dalam hati.
            “Nggak gitu kok Om!!Itu emang bener!!Iya kan Dit??”Tanyaku kepada dita yang sibuk melamun.
            “Ee..Apa..Apa??”Tanya Dita.
            Secara spontan kuinjak kaki Dita.
            “Yaaaaaaaaa..”Teriak Dita.
            “Wah..Dita Cuma mau ngomong ‘ya’ aja pake’ semangat 45 banget!!!”Kata Om Ferdi sambil tertawa kecil.
            Aku hanya cekikikan saja mendengarnya. Akhirnya kami tiba di acara Malam Penutupan Tabot. Kami berkeliling ke segala tempat. Akhirnya kami membeli cemilan Arum Manis dan duduk di pinggir Pantai Zakat, salah satu pantai paling indah di Bengkulu.
            Tahun ini..Seperti tahun-tahun yang lalu. Tak ada yang berubah!! Semua sama. Sama seperti 10 tahun semenjak kejadian itu. Pangeranku, Pangeran Bintangku tak kunjung datang.
            “Ya Tuhan semoga suatu saat nanti aku dapat bertemu Pangeran Bintangku!!” Harapku dalam hati.
            4 tahun berlalu. Aku sekarang tak lagi menjadi murid SMP, melainkan mahasiswa. Tapi, sifatku masih seperti dulu. Aku kuliah di salah satu Universitas Negeri di Bengkulu, yaitu UNIB. Aku mengambil jurusan Matematika. Aku senang bisa masuk UNIB walaupun aku terpaksa berpisah dengan Dita dan Vela yang memilih kuliah di luar kota. Di kelasku ada satu orang cowok yang aneh menurutku, namanya Radit. Teman-temanku semua mengidolakannya. Karena dia pintar, cakep walaupun sedikit culun. Tapi, feeling ku berkata bahwa Radit itu baik.
            Hari itu ketika pulang, aku duduk di kursi taman yang ada di halaman UNIB sambil mengamati kalung Bintang pemberian Pangeranku. Tiba-tiba Radit muncul dan duduk di sebelahku.
            “Hai..Cha!1Ngapain duduk sendirian!!” Sapa Radit.
            “Eh..Dit..Nggak Cuma teringat masa lalu doank!!” balas Icha sambil terus mengamati kalungnya.’
            “Oh..Kayaknya kalung itu berharga banget ya??? Diperhatiin sampe segitunya!!”Tanya Radit melihat kalung yang di pegang Icha.
            “Ya.. Berhargaaaaa banget!!”jawab ku.
            “Boleh aku lihat nggak?”Tanya Radit lagi. Setelah ia amati, ia merasa pernah melihat kalung ini sebelumnya.
”Emang dari siapa?”Tanya Radit untuk ketiga kalinya. Rasa penasaran Radit semakin kuat, karena setelah ia amati Kalung itu sama persis dengan kalung yang ia pakai.
“Dari seseorang yang aku tak tahu siapa namanya!!!!” Jawab ku
“Apa bener kalung ini kamu dapat pada saat Festival Tabot 14 tahun yang lalu??????”Tanya Radit. Dugaannya semakin kuat, bahwa Icha lah anak perempuan yang 14 tahun yang lalu pernah ia tolong.
“Bener, Koq kamu tahu???Apa kamu kenal sama Pangeran Bintang??”Icha balik nanya.
“Cha..Icha..Pangeran kamu..Pangeran Bintang....Itu Aku!!”Jawab Radit.
Aku masih tetap berdiam diri, aku tidak tahu mana yang sebaiknya ia pilih. Percaya atau tidak? Tapi, yang jelas apa yang dikatakan Radit membuat air mataku berjatuhan.
“ Apa buktinya?” Tanya ku.
“Kalung ini akan menyatu dengan kalung yang ku pakai!!”Jawab Radit sambil mencoba menyatukan Kalungnya dengan Kalung Icha. Apa mau dikata, Kalung berbentuk Bintang itu menyatu. Icha menangis,,Pangeran yang selama ini ia rindukan. Ternyata adalah Radit.
“Aku mohon jangan pergi lagi!! Jadilah Putri Bintang yang akan selalu menemaniku.”Pinta Radit. Aku mengangguk tanda setuju. Semenjak saat itu aku dan Radit menjadi Pangeran dan Putri Bintang yang akan selalu menyinari malam.
Pagi itu aku janjian dengan Radit untuk jalan-jalan pagi ke Pantai Panjang, tapi sifat jelekku yang selalu bangun siang membuatku tak dapat bertemu Radit.
“Wahhh...udah jam 7. Janjiannya kan jam 6. Aku harus cepat-cepat!!” Ujarku. Aku langsung mandi dan buru-buru ke Pantai. Tapi,,,,, Radit sudah pergi. Aku menyesal akan keteledoranku dan berjanji untuk tidak bangun siang-siang.
Setelah kejadian itu, aku tak pernah terlambat lagi jika Radit mengajakku jalan. Tapi, 3 bulan kemudian Mamaku tahu kalau Radit berbeda agama denganku. Ia pun melarangku berpacaran dengan Radit. Tapi, tak ku hiraukan.
Hari itu, aku mengajak Radit ke rumahku untuk memperkenalkannya kepada Mamaku. Ketika Radit ingin bersalaman dengan Mamaku, Ibuku menolak. 3 hari lagi Malam Penutupan Tabot, aku berencana akan pergi berdua dengan Radit.
“Wah.. tahun ini Malam Penutupan Tabot rame ya, Cha “ Tanya Radit.
“Ya..” Jwabku.
Aku senang sekali tahun ini, aku dapat melewati Malam Penutupan Tabot bersama Radit. Tidak seperti tahun-tahun lalu. Aku berharap tahun depan aku dapat melewati Malam Penutupan Tabot bersama Radit.
“Dit, aku berharap tahun depan kita dapat pergi  ke Malam Penutupan Tabot bersama. Walaupun mungkin tahun depan aku tak dapat lagi berjalan!!!” Ujarku.
“Jangan bicara begitu !! Aku yakin, kita akan selalu bersama!!” Ujar Radit.

Setelah kejadian Malam Penutupan Tabot, aku seperti diberi kekuatan untuk tetap mencintai Radit. Tapi, hubunganku dengan Mama pun merenggang. Aku taki tahu harus milih siapa. Mama atau Radit?? Biarlah waktu yang kan menjawab.
Radit tahu hubunganku dengan Mamaku mulai merenggang karena hubungan kami. Hari itu ia menelponku.
“Halo, Cha kamu dimana??” Tanya Radit.
“Aku dirumah, ada apa Dit?” Jawabku.
“Masalah hubungan kita!!”Ujar Radit
“Kenapa?” Tanyaku.
“Aku tau Mamamu tak menyetujui hubungan kita tapi kumohon demi kebaikanmu dan juga aku, sebaiknya kita berpisah!” ujar Radit. Radit langsung mematikan telponnya.
Aku kaget mendengarnya, tak terasa air mataku jatuh berlinangan. 2 menit kemudian, Radit mengirimkan SMS kepadaku.
Aku untuk Kamu
Kamu untuk Aku
Namun semua apa mungkin
Iman kita yang berbeda
Tuhan memang Satu
Kita yang tak sama
Haruskah Aku lantas pergi
 Meski cinta takkan bisa pergi
Aku menangis membaca SMS itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar